Kami
adalah keluarga yang sering berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti tugas
suami. Terpisah dari keluarga besar adalah sebuah pilihan yang sangat berat
buat saya pribadi yang tidak pernah jauh dari rumah. Tetapi demi mewujudkan
keluarga yang bahagia, harmonis dan sejahtera saya rela melakukannya. Saya
berkomitmen kemanapun suami pergi saya harus ikut. Meskipun ada pihak-pihak
yang kadang menyayangkan keputusan yang telah saya ambil itu.
Pada
umumnya mereka yang “nyinyir” adalah ibu-ibu yang mempunyai pikiran sempit,
yang menganggap saya ini seorang yang berpendidikan tinggi namun gagal karena
tidak kerja kantoran. Prinsip saya ketika seorang wanita menikah, dia harus
hidup bersama-sama. Tampak tidak lucu ketika sepasang manusia menikah, suami
tinggal di kota berbeda dengan segala kerja kerasnya untuk menghidupi keluarga
sedangkan istrinya tinggal di kota lain dengan kesibukannya juga. Lalu dimana letak pernikahannya?
Memang
tidak mudah menjalani hidup berpindah-pindah rumah. Ribet, menguras tenaga dan
pikiran juga materi tentunya. Belum lagi mengurusi masalah kepindahan sekolah
anak-anak yang tidak bisa semau orang tuanya, apalagi anak saya yang paling
besar dia sudah mempunyai kriterianya sendiri untuk pemilihan sekolah. Mending
jika pindahnya ke kota besar dengan fasilitas yang memadai, nah yang menjadi
masalah ketika pindahnya ke kota kecil yang fasilitasnya kadang terbatas. Dikarenakan
suami saya yang sangat sibuk mengurusi urusan kerjanya, semua hal kepindahan
dan lain-lainnya termasuk masalah sekolah anak-anak saya yang handle.
Memiliki
suami yang sibuk jelas tak memberikan peluang buat saya untuk bekerja keluar
rumah. Saya mengalah untuk kebaikan rumah tangga kami dan sebagai persembahan
ketaatan saya kepada Tuhan YME. Sebagaimana fitrahnya istri adalah pendidik
pertama anak-anak, mengurus rumah tangga dan menjaga keharmonisan rumah tangga.
Saya sadar saya adalah jantung di rumah kami, jika saya tak memperdulikan kewajiban
saya, maka alur kehidupan rumah tangga kami akan bermasalah.
Saya
bertindak sebagai suami juga ketika suami tak bisa ikut untuk bakti sosial, mengantarkan
anak laki-laki ke mesjid untuk berjamaah, mengurus rumah tanpa bantuan asisten,
mengajarkan anak saya mengaji, menghapal, dan mendisiplinkannya. Suami saya
bukan tak mau memerankan fungsi dirinya, tapi memang situasi dan kondisinya yang
membuat dia tak mempunyai banyak waktu untuk itu. Saya harus memerankan tugas
itu semaksimal saya, supaya anak-anak tetap mendapatkan pendidikan dan pendampingan
terbaik dari orang tuanya.
Bahkan
ketika kami harus hidup terpisah untuk beberapa bulan ketika saya barusan
melahirkan anak ke dua kami. Suami saya training selama 10 bulan di kota
sebelah. Dia pulang seminggu sekali. Dan saya harus mengurus satu bayi dengan 1
balita juga. Bagaimana rasanya? Sangat amazing..! tahulah bagaimana mengurus
bayi baru lahir ditambah dengan kakaknya yang belum mandiri juga. Saya paling tidak
ingin merepotkan kedua orang tua, biarlah mereka istirahat dan beribadah dengan
khusyuk di usia senjanya. Semua saya lakoni dengan ikhlas dan sabar, alhamdulillah semua telah berlalu
dengan baik.
Resepnya
cuma satu, sebagai ibu dan istri yang repot pun tetap harus punya me time yang membahagiakan. Saya hobi
menyanyi, dengan karaoke di rumah saya sangat terhibur. Saya juga hobi menulis
cerita, dengan mengirimkan cerita kita ikut kompetisi atau sayembara yang
diselenggarakan penerbit buku dan hasilnya memuaskan, wow itu adalah pelecut
semangat ibu rumah tangga macam saya. Saya juga menulis artikel di blog saya,
in sha Allah dalam waktu dekat tulisan saya akan dibukukan bersama dengan
tulisan teman-teman satu kompetisi yang diadakan oleh salah satu penerbit buku.
Banyak hal positif yang saya lakukan di sela-sela kerepotan saya, dengan
berdagang online, belajar merajut, ikut training-training online, bergabung
bersama komunitas online yang positif alhamdulillah
semuanya menjadi lebih terang benderang, jauh dari kepenatan.
Menjadi
ibu rumah tangga yang seutuhnya tidak berarti kita kehilangan kesempatan untuk
berkembang dan berprestasi. Saya telah membuktikan bahwa stay di rumah tak selamanya membosankan. Saya berkreasi, saya
bahagia dan berdmpak pada kehidupan suami dan anak-anak saya. Suami selalu
semangat bekerja dan anak-anak saya tumbuh menjadi anak-anak yang bahagia pula.
Saya akan selalu tersenyum dan memancarkan pesona saya untuk orang terkasih yg
ada di sekitar saya. Maka tunggulah pesona saya selanjutnya.
EmoticonEmoticon