Sudah lama ingin nulis tentang ini namun baru sekarang ada waktunya. Jadi ceritanya sekitar dua bulan yang lalu anak saya yang bungsu 4 tahun usianya, sakit dengan gejala panas dan muntah. Saya rasa sih akibat kecapaian karena habis mudik lebaran dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Kebetulan saya sekeluarga sekarang tinggal di Mojokerto, Jawa Timur.
Awalnya saya tahan di rumah dengan diminumkan obat turun panas, namun anak saya ini kok jadi sakit perut. Setiap di kasih minum susu atau yang lainnya dimuntahkan. Akhirnya karena kondisinya juga lemas takut dehidrasi saya bawa dia ke rumah sakit swasta di Mojokerto. Singkat cerita, anak saya disarankan untuk rawat inap. Saya mengiyakan. Waktu itu saya membawa anak saya dengan sepeda motor, anak saya yang sakit di depan dan kakaknya di belakang membawa koper kecil baju adiknya. Suami saya waktu itu sakit juga, tetapi terpaksa ia masuk kerja karena itu hari pertamanya kerja setelah libur lebaran.
Oke, si bungsu diinfus dan saya pilih kamar VIP. Kamarnya lumayan cukup bagus sih menurut saya, ada kasur penunggu 1, kursi 2, 1 meja, televisi, dan kulkas mini. Kamar mandinya memakai shower plus air panas. Tetapi yang membuat saya merasa aneh itu, enggak ada alat mandi dan sabun antiseptic yang biasa di taruh di sebelah bed pasien juga tidak ada isinya (hanya pajangan saja). Sebetulnya di kamar mandi itu ada tempat sabun untuk cuci tangan namun kosong juga. Pas saya tanya ke pegawai kebersihannya memang tidak dapat fasilitas itu (Buat apa ada tempatnya kalau begitu ya :) ).
Lanjut ke masalah aneh lainnya, ketika mau mandiin anak saya, waslap pun harus beli lo. Yang paling aneh bagi saya adalah anak saya itu tak pernah mendapatkan pelayanan seka badan/mandi. Kemudian saya minta tolong untuk menyekanya, itu juga hari kedua. Apa memang zaman sekarang mah perawat tidak bertugas menyeka pasiennya? Kalo sebelumnya sih di rumah sakit berbeda di Sidoarjo perawat itu sangat telaten, pagi-pagi mandikan, begitupun sore hari. Plus ganti seprei, sarung bantal dan selimut. Ini tidak terjadi pada perawat di rumah sakit ini.
Selain keanehan-keanehan tadi, saya juga rada kritis tentang obat. Setiap ada obat mau dikasihkan perawat saya tanya dulu, sepertinya mereka gak suka pada cara saya. Terus ketika anak saya diuap untuk mengencerkan dahaknya, mereka meninggalkan kamar. Jika cairan udah habis, laporkan ya katanya pada saya. Saya kan belum paham itu alat, dan ini baru pertama anak saya diuap. Anaknya jerit-jerit, saya berusaha sekuat tenaga untuk memegang tangannya supaya tidak lepas. Lalu saya tekan tombol perawat, datangnya juga lama. Ya Allah rasanya saya ingin menonjok wajahnya ketika dia datang.
Terus, tentang obat yang akan diberikan. Saya sedikit banyaknya ngerti tentang kandungan obat minimal obat batuk dan pilek saya ngerti. Anak saya ini kan batuk yang masih di dalam, tetapi tanpa pilek. Saya minta obat batuk ke perawatnya susah sekali, nunggu resep dokternya katanya. Sedangkan dokter anaknya datang juga jarang dan tidak tiap hari. Akhirnya saya mau beli sendiri obat batuknya, tapi dilarang. Dan sorenya mereka ngasih obat dengan komposisi Pseudoefedrine dengan merk tremenza. Saya kan agak protes, "ini obat dari dokter, bukan?" kata saya, perawat itu menjawab, "Iya," "ini kan obat pilek bukan batuk," kata saya. "Kalau gitu ibu tanya aja sendiri ama dokternya," katanya ketus.
Nah, kebetulan malam-malam dokter anaknya datang. Pas nanya obatnya, sama perawatnya diberitahu udah dikasih tremenza katanya. "Lo, itu kan obat pilek bukan batuk," kata dokternya. Sayangnya bukan perawat yang tadi ketus yang dampingi dokter ini. Pagi hari langsung obatnya diganti sesuai dengan rekomendasi dokternya (HUh! hanya ingin berkata, "apa semudah itu memberikan obat?")
Mengenai dokter yang tidak setiap hari visit, saya ingin sekali mnegecek rincian biayanya. Sayangnya, mereka tidak ngasih rincian biayanya, karena lansung urusan dengan perusahaan dimana suami bekerja.
Sekian curhatan saya, sebagai emak yang awam tentang tugas seorang perawat, hanya ingin berkata: "Sepertinya tak juga menjadi rendah jika seorang perawat tidak tahu tapi berkata jujur. Janganlah ketus apalagi judes, kalian juga bisa terus bekerja karena ada pasien!" Jangan marah apalagi sebel jika ada keluarga pasien teliti atau banyak nanya. Justru kalian harus bersyukur mereka mau belajar dan mau tahu tentang hal-hal baru. Tidak, tentu saja tidak. Saya tidak berniat untuk menjatuhkan nama kalian. Saya hanya berkata apa adanya sesuai dengan yang terajdi kala itu. Dan semoga ada yang menjelaskan tugas dari perawatnya sebetulnya. Jika memang seharusnya memang begitu, its oke. Mungkin lain RS lain Peraturan.
EmoticonEmoticon