Pic from google |
Hai hai selamat pagi...
Pagi-pagi udah nulis tips aja. Nggak apa-apa ya, daripada nonton gosip.
Saya memang masih penulis biasa sih, tapi walau begitu, boleh kali ya sedikit berbagi. Saya hanya ingin berbagi seuprit pengalaman saya saja dalam hal menulis terutama untuk lomba baik itu lomba di penerbit mayor maupun Indie.
Sebagaimana kita ketahui bahwa banyak sekali lomba-lomba yang diselenggarakan oleh penerbit, baik penerbit Indie maupun Mayor. Saya memulai menulis memang dari ajang lomba-lomba. Bukan apa-apa sih, bagi saya ikut lomba dpat dijadikan sebagai tolak ukur mengukur kemampuan. Jadi istilahnya sudah sejauh mana kemampuan kita setelah belajar dan belajar. Nah ketika mengikuti lomba dan menang, percaya diri pun kian meningkat.
Pertama kali saya ikut lomba itu di penerbit Indie, tepatnya lomba cerpen Jejak Publisher sebagai peserta terbaik (maksudnya yang masuk dibukukan) belum juara ya. Lalu fiksimini di penerbit yang sama juga masuk sebagai peserta yang dibukukan, lalu terakhir ikut lomba kisah inspiratif dan alhamdulillah menang juara dua (dapat voucher penerbitan dan pulsa hehehe).
Setelah menjajal di penerbit indie, saya belum puas dong. Maka untuk mengetahui apakah saya sudah cukup oke, saya harus naik tingkat. Maka saya pun ikutlah lomba menulis di penerbit mayor yang artinya saingannya pun lebih bejibun. Pertama kali ikut lomba di penerbit mayor adalah saat ikut sayembara menulis di Penerbit Wahyu Qolbu. Saya ikut beberapa kali, tetapi gagal!
Saya tak menyerah dong, masa anak baru kemarin sore menyerah? Kan gak lucu.
Dengan mencermati karya orang lain, saya pun nekat ikut lagi lomba di penerbit yang sama, sayembara menulis "Untuk Hati yang Pernah Singgah" intinya menceritakan tenteng mantan. Nah lo gitu enaknya penulis, mantan pun bisa dijadikan tulisan.
Bentuk buku hasil sayembara di Penerbit Wahyu Qolbu |
Alhamdulillah saya masuk dalam sepuluh orang yang beruntung, karya pun dibukukan. Yey yey yey! Norak norak bergembira dong saya.
Setelah itu saya pun ikut Parade Lomba Menulis Penerbit Diva Press dan alhamdulillah menang lagi ye ye ye norak yang kedua kalianya. Dalam sayembara ini saya menulis cerpen tentang kasih sayang pada hewan peliharaan.
Terakhir, saya ikut lomba menulis kisah based on true story di Penerbit Checklist, alhamdulillah berhasil berhasil berhasil... jadilah buku saya nongkrong di gramedia, judulnya : Percayalah Semua Akan berakhir Indah.
Ada sih beberapa teman yang nanya, gimana sih biar bisa menang lomba?
Oleh karena itu saya curhat nih di blog saya ini, bukan berarti saya udah pinter ya. Jauuuh banget, saya mah masih remahan rengginang di ujung toples nastar, masih harus banyak belajar.
Setidaknya ada 5 hal yang harus dilakukan penulis supaya dapat menang lomba versi saya tentunya :
1. Ikuti Aturannya
Maksudnya begini, jika dari panitia lomba bilang sayaratnya begini dan begitu, maka ya harus seperti itu. Tidak boleh tidak, apalagi nawar. Tipsnya adalah baca dengan seksama semua informasinya dan tuliskan lagi di agendamu. Ketentuannya plus deadlinenya kapan?
Ini wajib hukumnya, kan sayang jika karyamu bagus, tapi terganjal masalah kesalahan teknis doang.
2. Buat Outline
Nah ini perlu sekali. Pikirkan dulu tema dan outline yang akan dibuat. Lalu bikinlah oret-oretannya. Ini penting supaya nulisnya ntar lancar jaya.
3. Pikirkan cerita yang Unik
Maksudnya unik itu cerita tidak umum. Conyohnya untuk buku Me and My Pet, jika mungkin orang lain menceritakan peliharaan seperti kucing, anjing, burung, kelinci, dll maka saya menulis tentang hamster hehe... karena memang punyanya hamster doang sih itu juga udah mati huhuhu ....
(Waktu itu bleum punya si Rocky, kucing manisku)
Penampakan buku hasil lomba di Penerbit Diva Press |
4. Kreatif dalam mengambil sudut pandang
Maksudnya adalah jika orang lain umumnya mengambil sudut pandang itu-itu saja, maka cobalah dari sudut pandang yang tak biasa. Contohnya, waktu lomba menulis based n true story penerbit Checklist tentang sesuatu yang dulu dianggap musibah ternyata itu takdir Allah paling indah, saya pikir saya perempuan, mungkin akan berbeda jika saya mengambil sudut pandang laki-laki. Maka jadilah saya menuliskan tentang seorang suami yang dulu begitu tidak menyukai istrinya karena berbagai sebab, namun akhirnya dia sadar bahwa perempuan tersebut adalah yang terbaik dari Allah.
(Jangan tanya itu cerita siapa ya)
Penampakan buku hasil lomba di penerbit Checklist |
5. Jangan Mepet Deadline dan Self Editing
Big no banget nih mepet deadline. Sebisa mungkin ya menulis dengan santai, lalu diamkan beberapa hari dan perabaiki baik konten maupun cara penulisan. Self editing itu wajib hukumnya. JIka memang penggemar deadline banget (udah mendarah daging), ya paling tidak udah nulis 3/4 sebelumnya, barulah benar-benar "berjuang" dengan deadline. Kalau nulis semua pas saat menjelang deadline saya sih kurang bisa menjamin ya. Tulisan buru-buru, pasti takkan sebaik dan semengalir jika ditulis santai.
Nah itu dia 5 tips sukses memenangkan loma berdasarkan pengalaman saya. Selain 5 hal tadi tentu saja teknis menulis harus sudah dikuasai ya, setidaknya baca kitab sakti para penulis, PUEBI/KBBI. Jika mau menambahkan silakan ya. Mohon maaf jika ada salah-salah kata. Semoga bermanfaat.
Jangan menyerah jika belum berhasil, coba lagi dan lagi. In sya Allah kamu akan mengetahui polanya dari pengalaman tersebut.
Salam menulis!
EmoticonEmoticon